ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Anak-anak nan lahir di tahun 2020 menghadapi masa depan nan jauh lebih rawan akibat krisis iklim. Berdasarkan studi terbaru nan dipublikasikan di jurnal Nature, mereka bakal mengalami musibah suasana ekstrem seperti gelombang panas, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan kandas panen dalam gelombang nan belum pernah terjadi sebelumnya.
Para intelektual memperkirakan bahwa anak-anak nan lahir pada tahun 2020 mempunyai kemungkinan 2 hingga 7 kali lipat lebih besar untuk mengalami peristiwa suasana langka, nan sebelumnya hanya terjadi satu kali dalam 10.000 tahun, dibandingkan generasi kelahiran 1960.
Ini terjadi jika bumi tetap pada jalur kebijakan saat ini, nan diproyeksikan bakal meningkatkan suhu dunia sebesar 2,7°C pada tahun 2100. Jika pemanasan terus memburuk hingga 3,5°C, akibat meningkat drastis. Pertama, 92% anak usia lima tahun bakal mengalami gelombang panas mematikan. Lalu 29% bakal menghadapi kandas panen besar. Dan 14% terancam banjir skala ekstrem
Menurut ketua studi, Luke Grant dari Canadian Centre for Climate Modeling and Analysis, ketimpangan generasi ini sangat mencolok.
"Dengan menstabilkan suhu pada 1,5°C di atas era pra-industri, sekitar 52% anak hari ini tetap bakal terpapar jumlah gelombang panas nan belum pernah terjadi sebelumnya. Jika mencapai 3,5°C, lebih dari 90% anak bakal mengalami paparan ini sepanjang hidup mereka," jelasnya, dikutip dari Live Science, Selasa (3/6/2025).
Tak hanya soal generasi, ketimpangan sosial-ekonomi turut memperburuk dampaknya. Di bawah skenario saat ini, 92% anak dari golongan berpendapatan rendah bakal terpapar akibat seumur hidup, dibanding 79% dari kalangan berpenghasilan lebih tinggi.
Anak-anak di wilayah tropis seperti Sub-Sahara Afrika, Asia Timur, dan Amerika Selatan bakal menjadi nan paling terdampak. Studi ini juga menemukan bahwa ketidakadilan suasana lintas generasi berpotensi memperlebar lembah antara kaya dan miskin.
Dalam tulisan pendamping di Nature, dua akademisi dari Universitas Bologna, Rosanna Gualdi dan Raya Muttarak, memperingatkan bahwa ketimpangan antar-generasi dalam paparan krisis suasana menjadi semakin nyata. Mereka menyerukan tindakan sigap untuk mengurangi emisi, mendorong transisi setara menuju nol emisi, dan menjaga masa depan anak-anak dunia.
"Jika gas rumah kaca terus dilepaskan ke atmosfer dengan laju seperti saat ini, pemanasan dunia bakal semakin meningkat dan anak-anak masa sekarang bakal terpapar pada ancaman suasana nan semakin sering dan parah," tulis mereka.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Digitalisasi Dorong Peternakan Lebih Modern dan Efisien
Next Article Ilmuwan Temukan Tanda Kiamat Terbaru, Manusia Terancam Punah