ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ambles dan bergerak di area merah pada pembukaan perdagangan Selasa (18/3/2025). Pada sepuluh menit pertama pembukaan perdagangan dibuka IHSG ke posisi 6.331,65 alias turun 2,17% (-140 poin).
Pada pembukaan perdagangan sesi I, nilai transaksi mencapai Rp 2,94 triliun nan melibatkan 5,69 miliar saham nan beranjak tangan 266 ribu kali. Sebanyak 186 saham menguat, 199 melemah, dan 179 stagnan.
Secara sektoral seluruhnya tercatat mengalami koreksi selain sektor transportasi nan mengalami kenaikan tipis 0,13%.
Emiten teknologi raksasa milik konglomerat kembali menjadi penekan keahlian IHSG disusul oleh emiten-emiten sektor perbankan nan juga kompak rontok pada perdagangan hari ini. Sementara itu sejumlah emiten lain milik konglomerat kenamaan RI ikut menjadi pemberat mobilitas IHSG hari ini.
Hari ini, saham DCI Indonesia (DCII) nan kembali menyentuh pemisah auto rejection bawah (ARB) alias ambruk 20% ke level 115.800. Sebagaimana diketahui, saham DCII sebelumnya reli panjang dengan kenaikan harian selalu menyentuh auto reject atas (ARA). Namun, kondisinya langsung berbalik arah setelah saham tersebut keluar dari papan pemantauan khusus.
Saham DCII nan sebelumnya sepanjang tahun melangkah sudah naik lebih nyaris 400%, sekarang penguatannya telah terpangkas menjadi 175%. DCII melonjak tajam sejak 18 Februari 2025, seiring dengan pernyataan Toto Sugiri mengenai rencana stock split saham tersebut.
DCII hari ini menjadi laggard utama IHSG hari ini nan berkontribusi atas penurunan 38,23 indeks poin.
Selanjutnya, emiten konglomerat lain nan menekan keahlian IHSG adalah duo emiten milik taipan Prajogo Pangestu yakni BREN dan TPIA yang masing-masing berkontribusi atas koreksi 8,67 dan 3,43 indeks poin.
Selain itu, emiten bank raksasa RI juga kembali terkoreksi pada perdagangan hari ini.
Bank Central Asia (BBCA) nan telah melaksanakan RUPS dan memutuskan membagikan dividen tunai menjadi emiten bank dengan porsi koreksi terbesar ke IHSG atau mencapai 9,76 indeks poin.
Adapun tiga bank BUMN ialah BBRI (-4,51 indeks poin), BMRI (-3,58 indeks poin) dan BBNI (-3,29 indeks poin) nan pekan depan bakal melangsungkan RUPS meminta persetujuan pemegang saham mengenai dividen hingga buyback juga terkoreksi dengan porsi pelemahan terhadap IHSG.
Pergerakan pasar finansial Tanah Air pada hari ini Selasa (18/3/2025) bakal condong wait and see sejumlah info dari internal, terutama hari ini bakal menjadi hari pertama dari serangkaian Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) nan berjalan selama dua hari dan bakal ada lelang Surat Utang Negara (SUN).
Sementara dari eksternal tidak terlalu banyak data, tetapi bank sentral di beragam negara seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) bakal berbarengan memulai rangkaian hari pertama rapat Federal Open Market Coommittee (FOMC) dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk menentukan suku kembang acuan.
Mayoritas Ahli Sepakat Ekonomi RI Suram
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) merilis Economic Experts Survey, pada Senin (17/3/2025).
Survei independen nan dilakukan oleh LPEM FEB UI bermaksud untuk menangkap wawasan para mahir mengenai lanskap ekonomi Indonesia, memperkuat komitmen lembaga ini terhadap obrolan kebijakan nan berbasis info dan pengembangan masa depan negara.
Dari hasil survei ini, LPEM mencatat kebanyakan ahli, ialah 23 mahir dari 42 mahir alias 55% responden, setuju bahwa kondisi ekonomi saat ini telah memburuk dibandingkan dengan tiga bulan nan lalu.
"Tujuh mahir apalagi menganggap situasi ini jauh lebih buruk, sementara 11 mahir menganggapnya stagnan, dan hanya satu mahir nan melihatnya lebih baik. Dengan interval kepercayaan rata-rata sebesar 7,71 poin, hasil survei ini menunjukkan pandangan nan umumnya pesimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia, menurut para mahir ekonomi," tulis LPEM UI dalam laporannya, dikutip Senin (17/3/2025).
Lebih lanjut, 23 responden tersebut juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada periode berikutnya bakal lebih rendah dari nomor terkini, meskipun tidak ada responden nan menganggap kontraksi bakal jauh lebih kuat ke depannya.
Sementara lebih dari seperempat responden memperkirakan perubahan nan tidak signifikan, minoritas nan terdiri dari 6 mahir alias master memperkirakan tetap ada pertumbuhan pada periode berikutnya.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Konglomerat Kumpul di BEI, Bahas Nasib IHSG
Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran