4 Fakta Kasus Dugaan Eksploitasi Pemain Sirkus Oci: Kisah Kelam Di Balik Tawa

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Kasus dugaan pemanfaatan terhadap mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) dan keterkaitannya dengan Taman Safari Indonesia (TSI) tengah menjadi sorotan. Delapan mantan pekerja melaporkan beragam pelanggaran kewenangan asasi manusia (HAM) nan terjadi sejak tahun 1970-an itu.

Tuduhan eksploitasi ini mencakup beragam corak kekerasan dan perlakuan tidak manusiawi. Para mantan pemain sirkus menyatakan mengalami kekerasan bentuk seperti dipukul dan disetrum, dipaksa bekerja dalam kondisi sakit, serta dipisahkan dari family mereka.

Kasus nan kembali mencuat setelah sekian dasawarsa ini memantik perhatian luas publik, tak terkecuali legislator. Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PKB Abdullah mengaku prihatin dengan sejumlah mantan pemain sirkus OCI saat mengadu ke Kantor Kementerian HAM, Jakarta pada Selasa 15 April 2025 lalu.

Dia meminta abdi negara penegak norma turun tangan mengusut kasus tersebut. "Kejahatan itu tidak boleh dibiarkan. Jangan ada pemanfaatan dan kekerasan terhadap para pekerja. Itu jelas melanggar hukum," ujar Abdullah, beberapa waktu lalu.

Dia meminta Polri memeriksa Taman Safari Indonesia nan menjadi tempat para pemain sirkus itu tampil. Dia juga mendorong Taman Safari secara terbuka dan jujur menyampaikan keterangan mengenai kasus dugaan pemanfaatan dan kekerasan ini.

"Jangan ada nan ditutup-tutupi. Taman Safari kudu terbuka agar kasus itu semakin terang. Apalagi kekerasan itu sudah berjalan bertahun-tahun. Ini tidak boleh dibiarkan," kata Abdullah.

Pihak OCI dan TSI telah merespons polemik tersebut dan membantah tuduhan ekploitasi terhadap mantan pemain sirkus. OCI menyatakan telah menganggap para pemain sirkus tersebut seperti family sendiri. Meski tidak digaji, mereka tetap memperoleh duit saku mingguan dan kebutuhan dasarnya dipenuhi.

Sementara Taman Safari Indonesia menyatakan tidak mempunyai keterkaitan upaya maupun norma dengan Oriental Circus Indonesia. Manajemen menyatakan bahwa kasus dugaan ekploitasi mantan pemain sirkus OCI tidak ada kaitannya dengan Taman Safari.

Berikut 4 kebenaran mengenai polemik kasus dugaan ekploitasi mantan pemain sirkus OCI, seperti dirangkum detikai.com:

1. Tidak Ada Gaji, Sudah Dianggap Seperti Keluarga

Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau meluruskan info mengenai mantan pemain sirkusnya nan tak menerima gaji. Menurut dia, sejak awal berasosiasi para pemain OCI diperlakukan sebagai bagian dari family besar.

"Ya jika sudah di OCI kan sudah kayak family besar. Kalau sakit pasti berobat, enggak pernah bilang enggak ada uang. Semua itu sudah terjamin. Pakaian, terus duit saku," kata dia saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, Kamis 17 April 2025.

Tony mengatakan, kebutuhan dasar seperti busana dan duit saku diberikan secara rutin. Menurutnya, meski anak-anak tersebut tidak menerima gaji, mereka tetap memperoleh duit saku mingguan untuk kebutuhan pribadi.

"Tiap minggu juga dikasih. Memang itu tidak diberi gaji, ya. Kita kan dulu juga enggak terima gaji, sama. Masih anak-anak masa terima penghasilan gitu ya. Tapi duit saku untuk belanja, untuk segala macem, itu selalu ada. Enggak mungkin enggak ada," ucap dia.

Dia juga menepis dugaan anak-anak dalam asuhannya mengalami kekurangan alias tak terurus.

"Kalau lihat wajahnya aja bisa terlihat kok, gitu ya. Jadi enggak kurus-kurus, ceking, gitu kan enggak. Semua sehat-sehat," ucap dia.

Selain kebutuhan pokok, Tony menyebut para personil sirkus juga mendapatkan perhatian pada momen-momen unik seperti hari raya dan ulang tahun.

"Jadi duit shopping ada, busana lengkap, jika hari raya pasti dapet hadiah, dapet apa. Biasa lah kita. Ulang tahun dirayain ramai-ramai. Itu biasa. Itu kehidupan family besar," tandas dia.

2. Taman Safari Tegaskan Tak Terkait dengan Pemain Sirkus OCI

Kepala Media dan Digital Taman Safari Indonesia (TSI) Finky Santika menegaskan, Taman Safari Indonesia Group tidak mempunyai keterkaitan,hubungan upaya maupun keterlibatan norma dengan para mantan pemain sirkus nan disebutkan dalam video tersebut.

"Perlu kami sampaikan bahwa Taman Safari Indonesia Group adalah badan upaya berbadan norma nan berdiri secara independen dan tidak terafiliasi dengan pihak nan dimaksud," ujar dia.

Finky menegaskan, persoalan tersebut berkarakter pribadi dan tidak ada kaitannya dengan Taman Safari Indonesia Group secara kelembagaan.

"Namun kami berambisi agar nama dan reputasi Taman Safari Indonesia Group tidak disangkutpautkan dalam persoalan nan bukan menjadi bagian dari tanggung jawab kami terutama tanpa bukti nan jelas lantaran dapat berimplikasi kepada pertanggung jawaban hukum, ucap dia.

Taman Safari Indonesia Group selalu berkomitmen untuk menjalankan aktivitas upaya dengan mengedepankan prinsip Good Corporate Governance (GCG), kepatuhan hukum, serta etika upaya nan bertanggung jawab.

"Selama lebih dari 40 tahun, kami senantiasa mengutamakan konservasi, edukasi, dan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia dan mancanegara," ucap dia.

3. Asal-Usul Pemain Sirkus OCI, Diambil dari Panti Asuhan Kalijodo

Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau angkat bicara soal asal-usul mantan pemain sirkus OCI. Isu ini ramai setelah sejumlah mantan pemain OCI menuntut keadilan dan hak-hak nan direnggut selama berasosiasi ke dalam organisasi tersebut.

Tony menerangkan, sebagian anak nan berasosiasi dalam golongan sirkusnya berasal dari panti asuhan. Menurut Tony, orang tuanya memang mempunyai kebiasaan menampung anak-anak, nan nantinya bakal menjadi bagian dari family besar OCI.

"Orang tua itu suka menampung anak, jadi dari bayi entah anaknya siapa itu, rupanya waktu saya tanya 'ini anak dari mana?' katanya anak dari panti asuhan. 'Panti asuhannya di mana?', 'di wilayah dekat Kalijodo'. 'Kenapa diambil?', dia bilang 'saya suka sumbang, sumbang duit untuk panti asuhan'. Nah kadang-kadang dibawa juga ke sini jika di sana penuh anak-anak," kata dia saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, Kamis 17 April 2025.

Tony mengungkapkan anak-anak tersebut diambil sejak usia awal dan dibesarkan oleh keluarganya, hingga akhirnya dilatih untuk menjadi pemain sirkus.

"Jadi dari bayi gitu kan tumbuh lama, dibesarkan sampai usia 6-7 tahun baru kita bawa dia ke sirkus, dan kita latih gitu ya. Nah itu ada filmnya. Jadi di situ lah mulai menambah satwa, menambah orang juga," ucap dia.

4. Kasus Kedaluwarsa, DPR Dorong Upaya Mediasi

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menyarankan eks pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) dan pengelola untuk melakukan mediasi demi menyelesaikan masalah. Hal tersebut disampaikan dalam rapat di ruang Komisi III DPR RI, Jakarta, Senin 21 April 2025.

Terkait perihal tersebut, pihak OCI mengaku belum dapat memberikan kepastian, lantaran tetap menunggu kembalinya Hamdan Zoelva dari Tanah Suci. Adapun, Hamdan Zoelva merupakan kuasa norma OCI.

Sebelumnya, Sahroni memberikan waktu satu minggu alias tujuh hari kepada pihak Oriental Circus Indonesia (OCI) di Taman Safari Indonesia dan eks pemain sirkus OCI untuk duduk bersama.

Hal ini dimintanya usai melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) berbareng dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

"Baik pengelola dan para pemain mantan sirkus itu duduk sama-sama untuk mencari titik tengah apa nan diharapkan oleh si para pemain sirkus dan si pengelola," kata Sahroni kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/4/2025).

"Dan akhirnya, saya minta waktu, kasih waktu ke mereka tujuh hari. Kalau tujuh hari tidak diselesaikan, maka silakan melalui proses penegakan norma nan kelak bakal kita awasi," sambungnya.

Menurutnya, jika persoalan tersebut dibawa ke ranah hukum, maka kasusnya sudah masuk kategori kedaluwarsa lantaran sudah terjadi 35 tahun lalu.

Namun, eks pemain sirkus disebutnya tetap mempunyai angan agar pihak perusahaan memenuhi tuntutan mereka lantaran ada dugaan pemanfaatan dan penganiayaan.

"Nah, ini kan kasus perkara sudah 35 tahun. Kalau ngomong dalam patokan hukum, ini udah kedaluwarsa. Enggak bisa ini barang," sebutnya.

"Cuman lantaran kan si pelapor mengharapkan ada keadilan nan di mana, tolong dong lu perhatiin gue dalam keadaan seperti dulu tuh gue di-eksploitasi," tambahnya.

Selengkapnya
↑