ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Nilai tukar rupiah tampak tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah momen Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) nan dimulai hari ini hingga besok hari.
Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (22/4/2025) dibuka pada posisi Rp16.820/US$ alias melemah 0,12%.
Di tengah keterpurukan rupiah, beberapa saham menunjukkan potensi nan menarik untuk diperhatikan oleh para investor. Salah satu sektor nan mempunyai potensi menarik ialah perusahaan nan memperoleh pendapatan dalam mata duit dolar Amerika Serikat (AS) dan beban pokok pendapatannya dalam rupiah.
Pelemahan rupiah dapat memberikan untung bagi perusahaan-perusahaan nan mempunyai pemasukan dalam mata duit asing, lantaran pendapatan mereka bakal meningkat ketika dikonversi ke dalam rupiah.
Di sisi lain, perusahaan tidak perlu cemas untuk bayar bebannya nan dalam corak rupiah nan relatif diuntungkan ketika melakukan konversi dari pendapatan.
Salah satu perusahaan nan mempunyai karakter tersebut bergerak di bagian komoditas pertambangan. Perusahaan bakal memperoleh untung dari ekspor komoditas tambang nan biasanya pendapatan diperoleh dari mata duit asing, salah satunya dolar AS.
Di sisi lain, perusahaan komoditas nan konsensinya terdapat di Indonesia dapat bayar beban pokok penjualannya berupa biaya kontraktor pertambangan dan sewa perangkat berat. Mitra upaya tersebut biasanya merupakan perusahaan lokal, sehingga pembayaran dapat dilakukan dalam mata duit rupiah. Alhasil, untung kurs bakal semakin tebal akibat aspek tersebut.
Tidak hanya itu, saham-saham dari sektor komoditas juga menarik perhatian. Pasar komoditas sering kali berkorelasi negatif dengan nilai tukar mata duit domestik. Oleh lantaran itu, ketika rupiah melemah, nilai komoditas tertentu condong naik. Saham-saham perusahaan pertambangan dan perkebunan bisa menjadi pilihan menarik dalam situasi ini.
Namun demikian, penanammodal perlu tetap berhati-hati dan melakukan kajian mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Faktor-faktor lain seperti keahlian perusahaan, prospek industri, dan kondisi pasar dunia juga perlu dipertimbangkan dengan cermat.
Meskipun pelemahan rupiah dapat memberikan untung bagi beberapa sektor, tetapi juga membawa akibat tertentu, terutama mengenai dengan inflasi dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Oleh lantaran itu, diversifikasi portofolio tetap menjadi strategi nan bijak dalam menghadapi kondisi pasar nan tidak pasti seperti ini.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Saham Boeing Anjlok, China Hentikan Pengiriman Jet
Next Article Video: IHSG Ambruk Hingga Rupiah Nyaris Tembus Rp 16.000/USD